Shalat Sekenanya


Pada suatu sore hari, hampir satu jam selepas Ashar, di masjid dekat kampus masih ada beberapa orang yang tengah menunggu waktu dimulainya sebuah kajian rutin.

Sementara, seorang laki-laki dewasa masuk tergopoh-gopoh sambil menyeka air bekas wudhu di mukanya. Masih sambil berjalan, dia mengurai lintingan celana jins warna birunya. Sejurus kemudian mengikatkan handuk kecil yang semula ada di pundaknya pada bagian dengkul yang terbuka menganga. Mendadak langkahnya berhenti, dia memutar kuncung topinya ke belakang, lalu bertakbir dan memulai shalat ashar.
Sungguh pemandangan yang nampak aneh, kostumnya -celana jin biru belel, dengan ikatan handuk di dengkulnya, kaos oblong dengan gambar dan bertuliskan BOB MARLEY, serta topi yang kuncungnya dibalik di belakang- sulit dipercaya kalau lelaki dewasa itu tengah menjalankan shalatnya. Apalagi gerakannya yang cepatnya tak terduga. Sesekali pandangannya datar ke depan, atau juga sedikit mendongak ke atas ke arah sudut antara eternit dan dinding masjid. Belum tiga menit, 'drama shalat kilat' itu pun usai. Pelakunya menyudahi dengan salam yang juga tak sampai sempurna, bersambung dengan tengadah tangan sebentar kemudian diusapkan ke muka (berdoa) seraya berdiri dan ngeloyor keluar lagi. 'Drama' seperti itu, mungkin para pembaca juga pernah menyaksikannya.

Kini marilah kita bandingkan, bagaimana di antara para pendahulu kita melaksanakan kewajiban serupa. Ketika ditanya tentang bagaimanakah dia melaksanakan shalat, Hatim Al-Asham menceritakan, "Jika tiba waktunya shalat, aku sempurnakan wudhuku dan segera pergi ke tempat aku ingin shalat di dalamnya."

"Kemudian aku berdiri untuk shalat, dan aku jadikan Ka'bah ada di hadapanku, surga di sebelah kananku, neraka di sebelah kiriku, dan malaikat maut ada di belakangku. Aku bayangkan seolah-olah bahwa shalatku ini adalah shalat terkahir bagiku. Aku berdiri dalam shalat dalam keadaan harap dan takut."

Dalam kesempatan lain dia juga berkata, "Aku berdiri karena untuk melaksanakan perintah-Nya, berjalan dengan rasa takut, memulainya dengan niat, membaca takbir memulainya dengan niat , membaca takbir dengan penuh pengagungan, dan membaca AlQuran dengan taril serta tafakur. Aku rukuk dengan khusyu', sujud dengan tawadhu', duduk tasyahud dengan sempurna dan mengucap shalat dengan niat. Aku menyudahi shalat dengan ikhlas karena Allah, dan aku pun merenungkan nasibku dengan perasaaan takut; khawatir jika Allah tidak menerima shalatku."

Manakah yang lebih baik antara yang pertama dan yang kedua? Kiranya kita bisa menyimpulkannya.MySpace

Penting kita catat, bahwa di samping shalat memang sebuah kewajiban yang harus kita tegakkan, ia juga merupakan syiar yang paling tinggi dari agama ini. Jika itu kita rendahkan dengan cara mengerjakan sekenanya, niscaya jatuh dan rendah pula harga diri pribadi dan agama kita ini. Wallahu A'lam.

sumber: Majalah ar-risalah no.70/Th.VI hlm. 27

4 komentar:

Rental "165" Disc mengatakan...

Bila dilihat dari cerita diatas, lelaki itu tau akan kewajibannya, tp minim pengetahuan agamanya, ditambah keterbatasan waktu yg membuat dia Sholat dgn pakaian seadanya. Miris memang, tp itulah rialita kehidupan nyata d Negeri kita, banyak diantara teman2kita yg ingin beribadah, tp karena paktor ekonomi dan dan keterbatasan waktu, membuat mereka menjadikan Sholat hanya sebuah kewajiban, yg apabila di kerjakan maka akan jatuh kewajiabannya atas Allah, bukan memandang Sholat merrupakan kebutuhan kita kepada Allah SWT, sehingga akan terasa pentingnya mengerjakan Sholat, tp kalau kita mau jujur, Alangkah beruntung Orang itu, dia masih bisa menyempatkan waktunya untuk mejalankan kewajibannya, sedang di luar sana banyak org2 yg mampu dan punya banyak waktu, serta pakaian yg bagus2 tp mereka seakan2 tidak ada waktu buat Sholat barang 5menit, mereka beranggapan Sholat entar kalau sudah tua, sekarangkan masih jauh dari Mati, hehehe,, alangkah

Fatimah Aljufri mengatakan...

ya itulah potret di zaman ini.Tapi alangkah baik nya apabila kita juga berpenampilan yang bersih dan rapi saat menghadap Allah.Apabila kita mau ketemu ma orang yang terhormat atau tercinta kita pasti berpenampilan yang baik.kenapa bila menghadap Allah kita gak gitu juga?Bukankah Allah adalah Raja Para Raja.. :10

Rental "165" Disc mengatakan...

Itu sangat lah benar adanya, tp apa kita pernah berpikir knp laki2 itu sholat dgn berpakaian sekenanya? Mungkin kita gak tau asal usul lelaki itu, atau kita gak tau pakaian apa lg yg dia punya? Tp setidaknya dia tau kalau sholat itu auratnya harus tertutup, sehingga anduk yg seyogyanya melilit lehernya dia ikatkan di dengkulnya yg bolong, atau topi yg seyogyanya petnya ke depan dia balik kebelakang, biar tetap bisa menutup rambutnya yg gondrong hingga tidak menutupi wilayah sujud.. Mungkin saja itulah pakaian yg terbaik yg dia miliki saat ini...

Fatimah Aljufri mengatakan...

hmmm ya juga si kalo memang hanya itu pakaian yang ia punya,tapi kalo ia punya yang lebih baik mending pakai yang lebih baik itu hehehe :13

:10 :11 :12 :13 :14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21 :22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29 :30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37 :38 :39

Posting Komentar